Sebuah “post” saya dapatkan dari Whatsapp. Judul post-nya sangat berapi-api, “MENENGOK SEJARAH HANCURNYA ANDALUSIA” ditambah sedikit sub judul, “Pelajaran Penting Bagi Generasi Muda Indonesia”.
Saya gak tahu asal-muasal post ini dari mana. Sepertinya itu tidak terlalu penting. Sebab, gak akan jauh-jauh dari “tetangga sebelah” yang biasa jualan ayat untuk main SARA (dalam politik). Mereka orangnya memang “baperan” dengan perbedaan.
Si penulis mengungkap 5 sebab Andalusia jatuh ke tangan
“Kafir Eropa”.
1. Cinta dunia
2. Meninggalkan jihad
3. Berkubang kemaksiatan
4. Menyerahkan urusan bukan pada ahlinya
5. Bodoh dalam hal agama
1. Cinta dunia
2. Meninggalkan jihad
3. Berkubang kemaksiatan
4. Menyerahkan urusan bukan pada ahlinya
5. Bodoh dalam hal agama
Setelah mengungkap 5 sebab di atas, si penulis menuturkan, “Bayangkan
jika Indonesia nanti telah jatuh total ke tangan orang kafir....”
Di bagian akhir dari post tersebut, si penulis mengungkap 12
poin yang menggambarkan bahwa “orang kafir” adalah seburuk-buruknya makhluk.
Dan sepertinya, post tersebut hendak menyasar “seluruh” orang yang terdefinisi
sebagai kafir. Mungkin termasuk Syiah dan Ahmadiyah.
Tidak ada konsep umum-khusus berkaitan dengan “kafir”. Kamu
bukan muslim, kamu Syiah, kamu Ahmadiyah, kamu liberalis-pluralis-sekularis,
kalian semua kafir. Kalian terkutuk, aniaya, sumber azab dan laknat.
Sebenarnya. Kafir itu gak sebatas non-muslim. Gak sebatas,
nasrani, yahudi, budhis, hindu, dan lain sebagainya. Muslim yang tidak jalankan
shalat jumat selama 3 kali berturut-turut itu juga masuk kategori kafir.
Seseorang muslim yang tidak mensyukuri nikmat Allah pun
masuk kategori kafir. Lagi, orang-orang yang tidak memiliki kepedulian sosial
juga, Quran menyebut mereka sebagai kafir. Satu lagi, orang-orang yang
melakukan kezaliman juga disebut kafir menurut Quran.
Ringkasnya. Terma “kafir” memiliki makna yang luas dan
beragam. Quran dan Hadits biasa menggunakan terma tersebut untuk berbagai
keadaan.
Sayangnya, banyak muslim yang terjebak dalam memaknai terma “kafir”.
Mereka menyempitkannya pada satu titik. Untuk memberikan perbedaan mana Islam,
mana non-Islam. Mana yang Allah ridhai, mana yang Allah murkai. Mana yang akan
menang, mana yang akan binasa.
Dikotomi seperti inilah yang menggerus konsep kebangsaan
kita. Padahal, dulu kita bersatu-padu tanpa melihat latar belakang keimanan
kita. Kita mempunyai misi yang lebih mulia ketimbang mengurusi iman orang lain. Ya.. nusantara yang aman, damai, sejahtera.
Faktanya. Mengaji (menuntut ilmu) sampai negeri China itu
penting. Yah.. minimal kita gak ketergantungan sama xiaomi, oppo, huawei atau
apalah-apalah.. #ehh maaf, sentimen terhadap china mulai meningkat, seiring
meningkatnya penggunaan HP china.
Tentu, banyak mengaji, mengkaji, banyak kitab-kitab agama
dapat membuka wawasan kita. Bukankah ada pepatah yang mengatakan, “Padi,
semakin berisi, semakin merunduk.” Makin “berilmu” seseorang, tentu makin
menghargai orang lain.
Ada satu hal lagi yang hendak saya bahas dalam “post”
tersebut. Tentang 5 sebab, hancurnya Andalusia. Saya sangat setuju dengan
kelima poin itu. Mari kita kupas satu persatu.
1. Cinta dunia
1. Cinta dunia
Tentu. Penyakit yang satu ini adalah penyebab utama
hancurnya sebuah peradaban masyarakat. Cinta dunia mendekatkan seseorang kepada
“korupsi”, benar tidak? Kalau anda setuju, jangan lupa kasih “like” semoga masuk
surga. #ehh
Saya menduga. Post ini sebenarnya, ditujukan untuk Pilkada
DKI. Pesannya, “Jangan pilih Ahok.” Karena Ahok ini cinta dunia. Korup. Antek china.
Duuhh... saya bingung mau mulai dari mana? Sudah gak
kehitung deh prestasi Ahok di Jakarta. Masa orang yang cinta dunia punya
prestasi banyak? Kalau punya duit banyak, yah Ahok mah kalah sama mas-mas yang
ganteng dan santun itu.
Nih yah, saya kasih beberapa...
Pembangunan 70.000 unit rusun. Semua biaya pembangunan
dihasilkan dari yang namanya “kontribusi tambahan”. Pemrov DKI gak minta duit,
sebab duit berpeluang lenyap. Ada yang tahu “kontribusi tambahan” di jaman
Gubernur-Gubernur sebelumnya jadi apa? Ya... jadi kenangan terindah semasa
menjabat.nKalau Ahok mau, duit bejibun gitu gampang nilepnya.
Proyek MRT dan LRT. Bayangkan, 24 tahun proyek ini mangkrak.
Gubernur-gubernur sebelumnya gak berani eksekusi.
Tuhkan.. baru dua aja udah sesak banget nih tulisan. Baca aja
ini selengkapnya... klik disini
2. Meninggalkan Jihad
Saya melihat. Jihad mereka yang tidak suka Ahok hanya
seputar bagaimana caranya Ahok kalah Pilkada. Saat Kalijodo “digusur”, mereka
yang tak suka teriak-teriak Ahok begini, Ahok begitu, ingin ini ingin itu
banyak sekali.. #lah
Bukankah hidup itu perlu ditata? Ingat, menggusur itu beda
jauh sama merelokasi. Merelokasi, ada solusi yang diberikan. Jaman dulu, apa
iya, habis digusur, orang-orang dikasih tempat tinggal yang layak? Coba tonton
ini... klik disini
Berjihadlah untuk membangun Jakarta. Untuk membuat
masyarakatnya sejahtera. Untuk membuat Jakarta yang terkenal kumuh, kotor, bau
menjadi sebuah kota nyaman, bersih, dan sehat. Dan kita masih ribut soal Ahok
kafir dan china? Luarbiasaaaa...
3. Berkubang maksiat
3. Berkubang maksiat
Di zaman siapa Kalijodo rata dengan tanah? Dengan suara
pelan, sambil mengernyitkan dahi, para penonton berbisik, “Ahok..” Guberner
sebelumnya gak berani? Tentu gak berani. Preman Kalijodo kan bejibun. Satpol PP
juga manusia. Mereka yah sesuai komandan(gubernur)nya.
Jakarta itu keras bung. Ungkapan itu memang benar. Gaya
santun, ramah, ditunjang dengan wajah ganteng, gak cukup buat lawan
preman-preman Jakarta. Mulai dari yang berdasi, sampai yang bertato. Jakarta
butuh pemberani, yang gak kenal kompromi, pokoknya harga mati.
4. Menyerahkan urusan bukan pada ahlinya
4. Menyerahkan urusan bukan pada ahlinya
Yaiyalah... jangan serahkan urusan pada yang bukan ahlinya. Itulah
yang Quran katakan sebagai landasan konsep kepemimpinan. “Innallaha ya`murukum
an tuaddu al-amanati ila ahliha,” jadi, sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk
menyerahkan amanat itu kepada yang ahli.
Apakah Ahok gak cukup ahli benahi Jakarta? Lihat kinerja yah,
bukan lihat agama dan rasnya apa. Apakah prestasi Ahok gak cukup jadi saksi
bahwa ia lebih baik dari pendahulu-pendahulunya?
Konsep “kepemimpinan” yang Islam tawarkan yah sesuai dengan
ayat di atas. Meski, saya juga tahu, lebih banyak yang memaksakan ayat tentang “tidak
bolehnya memilih pemimpin non-muslim”. Padahal, kitab-kitab tafsir klasik gak
ada yang bahas masalah ini. Kurang baca gitu deh hasilnya.
5. Bodoh dalam hal agama
Yah.. Ini juga penyakit yang perlu segera diobati.
Bodoh dalam hal agama juga berarti, yang merasa paling
beragama tapi korupsi. Atau, yang merasa paling beragama tapi kerjanya mencaci
maki. Atau bisa juga, yang merasa beragama tapi berlindung di balik kitab suci
untuk menang Pilkada DKI.
Bukankah mereka-mereka ini orang bodoh. Sudah tahu ajaran
agama melarang mencuri, eh masih mencuri juga. Malah, ada yang sampai setuju
dengan hukuman mati untuk para koruptor, eh gak lama dia jadi koruptor.
Kelima poin di atas sudah ada pada Ahok.
Jadi, Jakarta gak akan hancur kayak Andalusia.
Jadi, Jakarta gak akan hancur kayak Andalusia.
No comments:
Post a Comment