Sunday, September 25, 2016

Pilkada DKI, kok Bawa-bawa Andalusia?



Sebuah “post” saya dapatkan dari Whatsapp. Judul post-nya sangat berapi-api, “MENENGOK SEJARAH HANCURNYA ANDALUSIA” ditambah sedikit sub judul, “Pelajaran Penting Bagi Generasi Muda Indonesia”.

Saya gak tahu asal-muasal post ini dari mana. Sepertinya itu tidak terlalu penting. Sebab, gak akan jauh-jauh dari “tetangga sebelah” yang biasa jualan ayat untuk main SARA (dalam politik). Mereka orangnya memang “baperan” dengan perbedaan.

Si penulis mengungkap 5 sebab Andalusia jatuh ke tangan “Kafir Eropa”.    
1.    Cinta dunia 
2.    Meninggalkan jihad 
3.    Berkubang kemaksiatan 
4.    Menyerahkan urusan bukan pada ahlinya 
5.    Bodoh dalam hal agama

Setelah mengungkap 5 sebab di atas, si penulis menuturkan, “Bayangkan jika Indonesia nanti telah jatuh total ke tangan orang kafir....”

Di bagian akhir dari post tersebut, si penulis mengungkap 12 poin yang menggambarkan bahwa “orang kafir” adalah seburuk-buruknya makhluk. Dan sepertinya, post tersebut hendak menyasar “seluruh” orang yang terdefinisi sebagai kafir. Mungkin termasuk Syiah dan Ahmadiyah.

Tidak ada konsep umum-khusus berkaitan dengan “kafir”. Kamu bukan muslim, kamu Syiah, kamu Ahmadiyah, kamu liberalis-pluralis-sekularis, kalian semua kafir. Kalian terkutuk, aniaya, sumber azab dan laknat.

Sebenarnya. Kafir itu gak sebatas non-muslim. Gak sebatas, nasrani, yahudi, budhis, hindu, dan lain sebagainya. Muslim yang tidak jalankan shalat jumat selama 3 kali berturut-turut itu juga masuk kategori kafir.

Seseorang muslim yang tidak mensyukuri nikmat Allah pun masuk kategori kafir. Lagi, orang-orang yang tidak memiliki kepedulian sosial juga, Quran menyebut mereka sebagai kafir. Satu lagi, orang-orang yang melakukan kezaliman juga disebut kafir menurut Quran.

Ringkasnya. Terma “kafir” memiliki makna yang luas dan beragam. Quran dan Hadits biasa menggunakan terma tersebut untuk berbagai keadaan.

Sayangnya, banyak muslim yang terjebak dalam memaknai terma “kafir”. Mereka menyempitkannya pada satu titik. Untuk memberikan perbedaan mana Islam, mana non-Islam. Mana yang Allah ridhai, mana yang Allah murkai. Mana yang akan menang, mana yang akan binasa.

Dikotomi seperti inilah yang menggerus konsep kebangsaan kita. Padahal, dulu kita bersatu-padu tanpa melihat latar belakang keimanan kita. Kita mempunyai misi yang lebih mulia ketimbang mengurusi iman orang lain. Ya.. nusantara yang aman, damai, sejahtera.

Faktanya. Mengaji (menuntut ilmu) sampai negeri China itu penting. Yah.. minimal kita gak ketergantungan sama xiaomi, oppo, huawei atau apalah-apalah.. #ehh maaf, sentimen terhadap china mulai meningkat, seiring meningkatnya penggunaan HP china.

Tentu, banyak mengaji, mengkaji, banyak kitab-kitab agama dapat membuka wawasan kita. Bukankah ada pepatah yang mengatakan, “Padi, semakin berisi, semakin merunduk.” Makin “berilmu” seseorang, tentu makin menghargai orang lain.

Ada satu hal lagi yang hendak saya bahas dalam “post” tersebut. Tentang 5 sebab, hancurnya Andalusia. Saya sangat setuju dengan kelima poin itu. Mari kita kupas satu persatu.

 1. Cinta dunia

Tentu. Penyakit yang satu ini adalah penyebab utama hancurnya sebuah peradaban masyarakat. Cinta dunia mendekatkan seseorang kepada “korupsi”, benar tidak? Kalau anda setuju, jangan lupa kasih “like” semoga masuk surga. #ehh

Saya menduga. Post ini sebenarnya, ditujukan untuk Pilkada DKI. Pesannya, “Jangan pilih Ahok.” Karena Ahok ini cinta dunia. Korup. Antek china.

Duuhh... saya bingung mau mulai dari mana? Sudah gak kehitung deh prestasi Ahok di Jakarta. Masa orang yang cinta dunia punya prestasi banyak? Kalau punya duit banyak, yah Ahok mah kalah sama mas-mas yang ganteng dan santun itu.

Nih yah, saya kasih beberapa...

Pembangunan 70.000 unit rusun. Semua biaya pembangunan dihasilkan dari yang namanya “kontribusi tambahan”. Pemrov DKI gak minta duit, sebab duit berpeluang lenyap. Ada yang tahu “kontribusi tambahan” di jaman Gubernur-Gubernur sebelumnya jadi apa? Ya... jadi kenangan terindah semasa menjabat.nKalau Ahok mau, duit bejibun gitu gampang nilepnya.

Proyek MRT dan LRT. Bayangkan, 24 tahun proyek ini mangkrak. Gubernur-gubernur sebelumnya gak berani eksekusi.

Tuhkan.. baru dua aja udah sesak banget nih tulisan. Baca aja ini selengkapnya... klik disini
      2. Meninggalkan Jihad

Saya melihat. Jihad mereka yang tidak suka Ahok hanya seputar bagaimana caranya Ahok kalah Pilkada. Saat Kalijodo “digusur”, mereka yang tak suka teriak-teriak Ahok begini, Ahok begitu, ingin ini ingin itu banyak sekali.. #lah

Bukankah hidup itu perlu ditata? Ingat, menggusur itu beda jauh sama merelokasi. Merelokasi, ada solusi yang diberikan. Jaman dulu, apa iya, habis digusur, orang-orang dikasih tempat tinggal yang layak? Coba tonton ini... klik disini

Berjihadlah untuk membangun Jakarta. Untuk membuat masyarakatnya sejahtera. Untuk membuat Jakarta yang terkenal kumuh, kotor, bau menjadi sebuah kota nyaman, bersih, dan sehat. Dan kita masih ribut soal Ahok kafir dan china? Luarbiasaaaa...

3. Berkubang maksiat

Di zaman siapa Kalijodo rata dengan tanah? Dengan suara pelan, sambil mengernyitkan dahi, para penonton berbisik, “Ahok..” Guberner sebelumnya gak berani? Tentu gak berani. Preman Kalijodo kan bejibun. Satpol PP juga manusia. Mereka yah sesuai komandan(gubernur)nya.

Jakarta itu keras bung. Ungkapan itu memang benar. Gaya santun, ramah, ditunjang dengan wajah ganteng, gak cukup buat lawan preman-preman Jakarta. Mulai dari yang berdasi, sampai yang bertato. Jakarta butuh pemberani, yang gak kenal kompromi, pokoknya harga mati.

4. Menyerahkan urusan bukan pada ahlinya

Yaiyalah... jangan serahkan urusan pada yang bukan ahlinya. Itulah yang Quran katakan sebagai landasan konsep kepemimpinan. “Innallaha ya`murukum an tuaddu al-amanati ila ahliha,” jadi, sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk menyerahkan amanat itu kepada yang ahli.

Apakah Ahok gak cukup ahli benahi Jakarta? Lihat kinerja yah, bukan lihat agama dan rasnya apa. Apakah prestasi Ahok gak cukup jadi saksi bahwa ia lebih baik dari pendahulu-pendahulunya?

Konsep “kepemimpinan” yang Islam tawarkan yah sesuai dengan ayat di atas. Meski, saya juga tahu, lebih banyak yang memaksakan ayat tentang “tidak bolehnya memilih pemimpin non-muslim”. Padahal, kitab-kitab tafsir klasik gak ada yang bahas masalah ini. Kurang baca gitu deh hasilnya.

      5. Bodoh dalam hal agama

Yah.. Ini juga penyakit yang perlu segera diobati.

Bodoh dalam hal agama juga berarti, yang merasa paling beragama tapi korupsi. Atau, yang merasa paling beragama tapi kerjanya mencaci maki. Atau bisa juga, yang merasa beragama tapi berlindung di balik kitab suci untuk menang Pilkada DKI.

Bukankah mereka-mereka ini orang bodoh. Sudah tahu ajaran agama melarang mencuri, eh masih mencuri juga. Malah, ada yang sampai setuju dengan hukuman mati untuk para koruptor, eh gak lama dia jadi koruptor.
Kelima poin di atas sudah ada pada Ahok.

Jadi, Jakarta gak akan hancur kayak Andalusia.

No comments:

Post a Comment