Sebenarnya saya malas membahas kajian tafsir disini. Tapi,
melihat antusias Haters yang amat besar, disini saya akan bahas tafsir surat
Ali-Imran 28 (ayat pegangan Haters untuk JEGAL Ahok). Tentu, berdasarkan
Kitab-kitab Tafsir Ulama salaf yah ukhti. Tenang, saya akan sedikit mengurangi
Tafsir bil Ra’yi, hehe...
Menjegal Ahok dengan Quran sudah sering kita lihat. Surat
Ali-Imran 28 yang jadi sandarannya. Ayat yang disimpulkan secera sederhana,
sebagai ayat yang melarang memilih PEMIMPIN non-muslim. Padahal ayat-ayat Quran
tak sesederhan itu.. hihihi...
Dear Haters...
Antum pasti tahu apa itu ASBABUN NUZUL? Saya tak meragukan
kedalaman ilmu antum, tentunya, saking dalamnya tak muncul-muncul ke permukaan,
hehe.. Sengaja saya bawa kepada bahasan ini, sebab, masalah agama tak bisa
hanya diselesaikan dengan terjemahan. Kasihan, para ulama Tafsir yang sudah
menulis panjang lebar tentang ayat-ayat dalam Quran, eh, posisinya kalah sama
terjemahan. Sia-sia dong ilmu mereka yang bagai hamparan samudera itu.
Setiap ayat dalam Quran memiliki “sebab-sebab diturunkannya”
(asbabun nuzul). Sebab, Quran diturunkan sedikit-sedikit sesuai kebutuhan umat
pada masa itu. Saat terdapat masalah dalam umat, Allah turunkan firman-Nya
sebagai solusi. Mudah-mudahan sampai di titik ini kita sama yah akhi...
Pertanyaannya adalah apa ASBABUN NUZUL surat Ali-Imran 28?
Disini kita perlu pendapat dari ulama Tafsir yang kompeten atas masalah ini.
Setuju kan yah?
1.
Menurut Ibnu Katsir (dalam
kitabnya Alquranul Azim jilid 3, hal 332)
Menurut Ibnu Katsir tentang ayat ini, “Allah melarang
hamba-hamba-Nya yang mukmin berpihak kepada orang-orang kafir dan menjadikan
mereka “teman yang setia” dengan menyapaikan kepada mereka berita-berita
rahasia karena kasih sayang kepada mereka dengan meninggalkan orang-orang
mukmin.”
Ibnu Katsir tidak pernah menyinggung sedikit pun tentang
konsep kepemimpin dalam Islam saat membahas ayat ini. Dan, kata “auliya” yang
diterjemahkan sebagai “pemimpin”, Ibnu Katsir malah menerjemahkannya sebagai “teman
yang setia”
2.
Menurut At-Tabari (dalam
kitabnya Jami’ al-Bayanfi Tafsir Al-Quran,
jilid 3, hal. 228)
Dikatakan, “Ayat turun berkaitan dengan Al-Hajjaj bin Amr,
yang mempunyai teman orang-orang Yahudi yaitu Ka’ab bin Al-Asyraf, Ibnu Abi
Haqiq dan Qais bin Zaid kemudian ada beberapa sahabat yang menasehatinya dan
berkata, “Jauhilah mereka dan engkau harus berhati-hati karena mereka nanti
akan memberi fitnah kepadamu tentang agama dan kamu akan tersesatkan dari jalan
kebenaran.” Namun sahabat yang dinasehati mengabaikan nasehat ini, dan mereka
masih tetap memberi sedekah kepada orang-orang Yahudi dan bersahabat dengan
mereka, maka kemudian turun ayat tersebut.”
Dari asbabun nuzul ayat ini, menurut At-Tabari, ayat ini tak
ada sangkut pautnya dengan masalah kepemimpinan. Ayat turun disebabkan oleh
sebuah hubungan persahabatan yang tidak baik jika dilanjutkan. Berarti kata
“auliya” dalam ayat ini memiliki makna “teman, sahabat” bukan pemimpin.
3.
Menurut Al-Qurthubi (dalam
kitabnya Al-Jami’ li Ahkami Al-Quran, jilid 4, hal. 58)
Disebutkan, “Ibnu Abbas berkata bahwasanya ayat ini turun
kepada Ubadah bin Shamit, bahwasanya beliau mempunyai beberapa sahabat orang
Yahudi dan ketika Nabi keluar bersama para sahabatnya untuk berperang, Ubadah
berkata kepada Rasulullah, “Wahai Nabi Allah aku membawa lima ratus orang
Yahudi mereka akan keluar bersamaku dan akan ikut memerangi musuh.” Maka
kemudian turunlah ayat tersebut.”
Menurut Al-Qurthubi larangan mengambil “auliya” disini
bermaksud bahwa orang mukmin jangan mengambil “teman, sahabat dan penolong atau
pelindung” dari antara orang-orang kafir. Asbabun nuzul ayat ini, menurut
Al-Qurthubi, tidak tertuju sama sekali kepada hal-hal yang berkaitan dengan
memilih pemimpin.
Jadi saya bingung, ulama salaf yang kompeten dalam Tafsir
saja, tidak membahas sedikit pun perihal konsep kepemimpinan dalam Islam. Kok
ukhti Dede beserta “auliya”-nya sangat yakin bahwa Surat Ali-Imran 28 ini
adalah dasar tidak boleh memilih pemimpin dari antara non-muslim. Cuma
bermodalkan “Alquran terjemahan” semudah itu menyimpulkan. Duh..duh..duh.. Mau
dibawa kemana itu tafsir-tafsir klasik???
Justru... Alquran memberikan satu konsep KEPEMIMPINAN dalam
ayat yang lain, bukan ayat yang sudah saya bahas di awal. Coba buka Surat
An-Nisa 58. Itulah dasar dalam menentukan PEMIMPIN.
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada
yang berhak menerimanya..”
Ibnu Katsir menjelaskan tentang ayat ini, “Allah SWT telah
mengabarkan bahwa sesungguhnya Dia mememintahkan (kepada kita) untuk menunaikan
amanah kepada pemiliknya. Dalam sebuah hadits dari al-Hasan, dari Samurah,
sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda:
“Tunaikanlah amanah kepada orang yang engkau percaya (untuk
menunaikan amanah kepadanya), dan jangan khianati orang yang telah
mengkhianatimua.”
Jadi... setiap manusia di bumi ini berhak untuk memikul
“amanah”, tanpa membedakan latar belakang agama, status sosial, warna kulit,
bahasa dll. Syaratnya kan sudah jelas dalam Quran “yang berhak” berarti yang
pantas.
Yah, kalau pantas menurut saya dan sebagian besar orang,
lalu mengapa anda bawa-bawa agama dan ras, untuk menolaknya? Kalau anda punya
sosok yang anda anggap pantas dan bisa memanggul amanat umat, yah silahkan
perjuangkan. Tidak perlu bawa-bawa ayat yang ternyata anda salah memahaminya.
Duuhhh.. serius sekali bahasan ini... mudah-mudahan antum
semua bisa memahaminya.
Bantahan yang cerdas dan berilmu akan saya tunggu. Bukan
cuma bilang gini, “ngaku orang Islam tapi kebelinger.” Hehehe...
Mantap ....banget....sangat benar...suatu ayat turun dan diterima Rasul saw pasti ada sebabnya(Asbabun nuzul)
ReplyDeleteMantap ....banget....sangat benar...suatu ayat turun dan diterima Rasul saw pasti ada sebabnya(Asbabun nuzul)
ReplyDeleteSemoga bermanfaat pak @suganda
ReplyDeleteTafsir nya benar akhi, hanya saja konsep pemimpin dalam Islam adalah semua yang sudah disebutkan dalam tafsir tersebut, yaitu, pemimpin adalah : teman, sahabat dan juga sebagai pelindung.
ReplyDeleteSeperti Rasulullah SAW yang merupakan teman, sahabat dan juga "pelindung" bagi kaum muslimin saat itu.
Jujur saja, saya sangat mengagumi sosok Ah*k, sudah banyak bukti kerja nyata yang beliau sudah lakukan untuk kemajuan dan perkembangan Jakarta. Hanya saja, memang berdasarkan ilmu yang saya pelajari, agak ragu untuk memilih pemimpin yang non-muslim. Wallahu a'lam.
Kalau antum raga, tidak perlu memaksakan untuk pilih Ahok. Jalani apa yang kita yakini aja. thanks udah mampir Akh..
DeleteTerkadang yg baik & jujur lebih banyak dibenci. Ketimbang tikus2 berdasi lebih banyak disanjung
ReplyDelete