Wednesday, September 14, 2016

AULIYA, Pemimpin atau Sahabat? Suguhan buat Haters Ahok




Tulisan ini saya persembahkan untuk Haters Ahok yang terkasih. Mereka yang menyerang Ahok lewat Quran, yang katanya, “Quran mengharamkan memilih PEMIMPIN dari kalangan non-Muslim.”

Sebenarnya saya malas membahas kajian tafsir disini. Tapi, melihat antusias Haters yang amat besar, disini saya akan bahas tafsir surat Ali-Imran 28 (ayat pegangan Haters untuk JEGAL Ahok). Tentu, berdasarkan Kitab-kitab Tafsir Ulama salaf yah ukhti. Tenang, saya akan sedikit mengurangi Tafsir bil Ra’yi, hehe...


Menjegal Ahok dengan Quran sudah sering kita lihat. Surat Ali-Imran 28 yang jadi sandarannya. Ayat yang disimpulkan secera sederhana, sebagai ayat yang melarang memilih PEMIMPIN non-muslim. Padahal ayat-ayat Quran tak sesederhan itu.. hihihi...

Dear Haters...
Antum pasti tahu apa itu ASBABUN NUZUL? Saya tak meragukan kedalaman ilmu antum, tentunya, saking dalamnya tak muncul-muncul ke permukaan, hehe.. Sengaja saya bawa kepada bahasan ini, sebab, masalah agama tak bisa hanya diselesaikan dengan terjemahan. Kasihan, para ulama Tafsir yang sudah menulis panjang lebar tentang ayat-ayat dalam Quran, eh, posisinya kalah sama terjemahan. Sia-sia dong ilmu mereka yang bagai hamparan samudera itu.

Setiap ayat dalam Quran memiliki “sebab-sebab diturunkannya” (asbabun nuzul). Sebab, Quran diturunkan sedikit-sedikit sesuai kebutuhan umat pada masa itu. Saat terdapat masalah dalam umat, Allah turunkan firman-Nya sebagai solusi. Mudah-mudahan sampai di titik ini kita sama yah akhi...

Pertanyaannya adalah apa ASBABUN NUZUL surat Ali-Imran 28? Disini kita perlu pendapat dari ulama Tafsir yang kompeten atas masalah ini. Setuju kan yah?

1.       Menurut Ibnu Katsir (dalam kitabnya Alquranul Azim jilid 3, hal 332)

Menurut Ibnu Katsir tentang ayat ini, “Allah melarang hamba-hamba-Nya yang mukmin berpihak kepada orang-orang kafir dan menjadikan mereka “teman yang setia” dengan menyapaikan kepada mereka berita-berita rahasia karena kasih sayang kepada mereka dengan meninggalkan orang-orang mukmin.”

Ibnu Katsir tidak pernah menyinggung sedikit pun tentang konsep kepemimpin dalam Islam saat membahas ayat ini. Dan, kata “auliya” yang diterjemahkan sebagai “pemimpin”, Ibnu Katsir malah menerjemahkannya sebagai “teman yang setia”

2.       Menurut At-Tabari (dalam kitabnya Jami’ al-Bayanfi Tafsir Al-Quran,  jilid 3, hal. 228)

Dikatakan, “Ayat turun berkaitan dengan Al-Hajjaj bin Amr, yang mempunyai teman orang-orang Yahudi yaitu Ka’ab bin Al-Asyraf, Ibnu Abi Haqiq dan Qais bin Zaid kemudian ada beberapa sahabat yang menasehatinya dan berkata, “Jauhilah mereka dan engkau harus berhati-hati karena mereka nanti akan memberi fitnah kepadamu tentang agama dan kamu akan tersesatkan dari jalan kebenaran.” Namun sahabat yang dinasehati mengabaikan nasehat ini, dan mereka masih tetap memberi sedekah kepada orang-orang Yahudi dan bersahabat dengan mereka, maka kemudian turun ayat tersebut.”

Dari asbabun nuzul ayat ini, menurut At-Tabari, ayat ini tak ada sangkut pautnya dengan masalah kepemimpinan. Ayat turun disebabkan oleh sebuah hubungan persahabatan yang tidak baik jika dilanjutkan. Berarti kata “auliya” dalam ayat ini memiliki makna “teman, sahabat” bukan pemimpin.

3.       Menurut Al-Qurthubi (dalam kitabnya Al-Jami’ li Ahkami Al-Quran, jilid 4, hal. 58)

Disebutkan, “Ibnu Abbas berkata bahwasanya ayat ini turun kepada Ubadah bin Shamit, bahwasanya beliau mempunyai beberapa sahabat orang Yahudi dan ketika Nabi keluar bersama para sahabatnya untuk berperang, Ubadah berkata kepada Rasulullah, “Wahai Nabi Allah aku membawa lima ratus orang Yahudi mereka akan keluar bersamaku dan akan ikut memerangi musuh.” Maka kemudian turunlah ayat tersebut.”

Menurut Al-Qurthubi larangan mengambil “auliya” disini bermaksud bahwa orang mukmin jangan mengambil “teman, sahabat dan penolong atau pelindung” dari antara orang-orang kafir. Asbabun nuzul ayat ini, menurut Al-Qurthubi, tidak tertuju sama sekali kepada hal-hal yang berkaitan dengan memilih pemimpin.

Jadi saya bingung, ulama salaf yang kompeten dalam Tafsir saja, tidak membahas sedikit pun perihal konsep kepemimpinan dalam Islam. Kok ukhti Dede beserta “auliya”-nya sangat yakin bahwa Surat Ali-Imran 28 ini adalah dasar tidak boleh memilih pemimpin dari antara non-muslim. Cuma bermodalkan “Alquran terjemahan” semudah itu menyimpulkan. Duh..duh..duh.. Mau dibawa kemana itu tafsir-tafsir klasik???

Justru... Alquran memberikan satu konsep KEPEMIMPINAN dalam ayat yang lain, bukan ayat yang sudah saya bahas di awal. Coba buka Surat An-Nisa 58. Itulah dasar dalam menentukan PEMIMPIN.
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya..”

Ibnu Katsir menjelaskan tentang ayat ini, “Allah SWT telah mengabarkan bahwa sesungguhnya Dia mememintahkan (kepada kita) untuk menunaikan amanah kepada pemiliknya. Dalam sebuah hadits dari al-Hasan, dari Samurah, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda:

“Tunaikanlah amanah kepada orang yang engkau percaya (untuk menunaikan amanah kepadanya), dan jangan khianati orang yang telah mengkhianatimua.”

Jadi... setiap manusia di bumi ini berhak untuk memikul “amanah”, tanpa membedakan latar belakang agama, status sosial, warna kulit, bahasa dll. Syaratnya kan sudah jelas dalam Quran “yang berhak” berarti yang pantas.

Yah, kalau pantas menurut saya dan sebagian besar orang, lalu mengapa anda bawa-bawa agama dan ras, untuk menolaknya? Kalau anda punya sosok yang anda anggap pantas dan bisa memanggul amanat umat, yah silahkan perjuangkan. Tidak perlu bawa-bawa ayat yang ternyata anda salah memahaminya.

Duuhhh.. serius sekali bahasan ini... mudah-mudahan antum semua bisa memahaminya.

Bantahan yang cerdas dan berilmu akan saya tunggu. Bukan cuma bilang gini, “ngaku orang Islam tapi kebelinger.” Hehehe...

6 comments:

  1. Mantap ....banget....sangat benar...suatu ayat turun dan diterima Rasul saw pasti ada sebabnya(Asbabun nuzul)

    ReplyDelete
  2. Mantap ....banget....sangat benar...suatu ayat turun dan diterima Rasul saw pasti ada sebabnya(Asbabun nuzul)

    ReplyDelete
  3. Tafsir nya benar akhi, hanya saja konsep pemimpin dalam Islam adalah semua yang sudah disebutkan dalam tafsir tersebut, yaitu, pemimpin adalah : teman, sahabat dan juga sebagai pelindung.
    Seperti Rasulullah SAW yang merupakan teman, sahabat dan juga "pelindung" bagi kaum muslimin saat itu.
    Jujur saja, saya sangat mengagumi sosok Ah*k, sudah banyak bukti kerja nyata yang beliau sudah lakukan untuk kemajuan dan perkembangan Jakarta. Hanya saja, memang berdasarkan ilmu yang saya pelajari, agak ragu untuk memilih pemimpin yang non-muslim. Wallahu a'lam.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau antum raga, tidak perlu memaksakan untuk pilih Ahok. Jalani apa yang kita yakini aja. thanks udah mampir Akh..

      Delete
  4. Terkadang yg baik & jujur lebih banyak dibenci. Ketimbang tikus2 berdasi lebih banyak disanjung

    ReplyDelete